بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Senja merupakan salah satu istilah waktu yang diberikan pada saat yang cukup menjelang matahari terbenam. Di Stasiun kereta api kita sering melihat klasifikasi kereta yang berangkat pagi disebut kereta pagi, kereta siang, kereta senja dan kereta malam. Jika dalam kalkulasi 5 kali jadwal shalat fardlu, senja, barangkali tidak salah kalau dipakai sebagai pengganti kata ashar, walaupun shalat yang dilakukan tidak boleh sekali-kali disebut shalat senja. Namun cukup difahami bahwa waktu shalat ashar berada pada waktu senja, waktu yang harus disiasati sebaik mungkin karena kurang lebih 3 jam lagi waktu menunjukkan saat shalat maghrib.
Istilah senja juga biasa dijadikan padanan pada kata usia, yang menunjukkan jatah hidup seseorang akan mendekati waktu matahari tenggelam yaitu kematian. Ketika seorang bayi sampai pada umur 5 tahun, istilah psikologi sosial menyebutnya usia balita, istilah anak dan remaja diberikan saat seseorang menginjak usia kurang dari 17. Dan, pasca usia 17 tahun sampai 40 tahun, istilah yang digunakan biasanya adalah usia dewasa dan atau usia yang matang. Berikutnya saat 40 tahun hingga 50 tahun, seseorang sudah harus merasa ikhlas kalau lingkungan sekitarnya menyebutnya usia tua atau senja, karena tidak lama kemudian, dalam hitungan normal -sesuai dengan rata-rata usia umat Islam sampai dengan 70 tahun- seseorang harus memiliki kesadaran yang tinggi karena jatah hidupnya semakin sedikit dan alangkah bijaknya sisa usia menuju panggilan Pencipta dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mendekatkan diri kepada-Nya, agar efektifitas usia punyai nilai tinggi sebelum dipanggil pulang oleh Allah, Dzat yang Maha Memiliki Segalanya.
Menurut saya yang tidak pandai, dari sejak diciptakan-Nya bumi, usianya diperkirakan sedang berada pada waktu senja, artinya, bumi akan tutup usia yang jika dihitung searah perputaran jarum jam, usia bumi yang dihuni oleh kita kini tengah berada pada jarum jam yang menunjuk angka sekitar 15, dan kurang lebih sekitar 3 jam lagi bumi ini akan tutup usia. Walloohu a'lam.
Catatan kecil ini hanya sekedar lintasan pikiran ketika saya menyadari bahwa kita sedang berada di ujung zaman sejak kelahiran Rasulullah SAW, sosok yang sangat dicintai umat setianya. Dalam banyak hadits Rasulullah SAW berulang kali menyebutkan banyak sekali tanda-tanda akhir kehidupan yang disebut Allah dengan istilah kiamat, suatu hari yang pasti, yang eksistensi realitasnya sungguh penuh dengan misteri. Sebagai salah satu dari 7 milyar lebih penduduk dunia dan --dari 273 juta lebih penduduk Indonesia saat ini-- saya hanya merasa kaget sebab kita dilahirkan sebagai generasi akhir zaman pada saat usia bumi memasuki usia senja.
Dan Subhaanallah, apa yang sering disebut Baginda Rasulullah SAW mengenai tanda-tanda hari yang ditegakkan dan pasti adanya, sudah menjadi asesoris rutin santapan media massa setiap hari, peperangan antar suku dalam skala kecil di banyak wilayah seperti di negeri kita atau perang dalam skala besar yang melibatkan banyak negara dengan semua senjata hasil produksi teknologi tercanggih tengah terjadi di beberapa wilayah belahan bumi kita yang semakin renta. Bukan hanya perang fisik yang tengah menjadi komoditas media massa seperti yang terus menerus terjadi di Gaza Palestina atau di Suriah yang menyisakan jeritan nurani yang teramat dalam menyaksikan dampak dahsyat akibat peperangan, namun perang lain juga sedang menjadi tontonan global warga dunia, yaitu perang budaya, lihat saja salah satu contoh "pemaksaan kehendak" sebagian pihak untuk menyelenggarakan Festival dunia sekelas "Miss World" di negeri dengan mayoitas muslim terbesar dunia, yang semuanya tahu, akan terjadi pamer paha dan dada dan disaksikan oleh para pemuda dan remaja yang masih belia melalui puluhan media massa.
Jangan lagi kisah-kisah keji pembunuhan, pemerkosaan, pencurian dan perbuatan durjana lainnya yang juga berdampak pada rapuhnya sistem keamanan yang didambakan warga. Sebut saja kasus korupsi yang gejalanya semakin menghebat dan dahsyat memporakporandakan sendi-sendi perekonomian negara dan bangsa, mengolok-olok dan mempermainkan sistem hukum dan peraturan yang diterapkan negara, yang terjadi bukan hanya di kalangan elite penguasa di tingkat pusat tapi juga hingga ke daerah terpencil di tingkat desa, bahkan, celakanya bukan hanya satu sektor pelayanan publik saja yang terkena virus hebat ini, tapi hampir di semua sektor pemerintahan termasuk di luar pemerintahan atau swasta. Yang pada gilirannya semuanya menyeret dan mengantarkan sebuah bangsa ke situasi paling rumit, menuju klimaks dari sebuah rangkaian benang kusut yang sudah tidak bisa lagi diurai, kecuali dibakar dan dihancurkan.
Sungguh sebuah totalitas kesalahan yang sangat sempurna di saat negara ini sudah memasuki usia senja 78 tahun pada tahun 2023 ini. Padahal di saat senja inilah saat yang tepat kiranya agar seluruh komponen bangsa Indonesia dapat melakukan evaluasi besar-besaran sebagai persiapan mengisi usia senja dengan mendekatkan diri sebanyak-banyaknya kepada Allah, Tuhan Maha Akbar yang sering kita buat kecewa dan marah oleh semua perbuatan salah dan dosa besar yang dilakukan oleh segelintir oknum yang tidak punya kesadaran sebagai individu yang memiliki tanggung jawab pribadi dan sosial kepada seluruh rakyat bangsa dan kepada Allah.
Akhirnya, saya hanya bisa mengangkat kedua tangan yang lemah ini seraya berucap: "Mataa nashru-Ka, Yaa Rabb"
Semoga Bermanfaat
Bandung, 04 Februari 2023
Illustrasi: Ketika Usia Memasuki Senja
copyright©Madyo Sasongko
Tidak ada komentar