degupan pada jantung adalah pertanda bahwa hati bergema, ia menjadi setapak pilu dari kisah cerita yang lama menunda, bila kasih senantiasa membawa satu pikul marabahaya dosa, secara istimewa Tuhan mengirim seribu kebaikan sebagai balasnya
lalu kemudian racun bisa asmara pun terus kerap giat menggoda, diuntainya seribu satu dawai sebagai pelepah lukisan di aksara cinta, tutur lisan terus memaksa memuja mencermin hati yang mendamba, sebisa mungkin berupaya agar supaya mawar jadi kuntum yang setia
irama puja puji terus bergema dan tetap tak pernah tak ada di angkasa, kehadirannya selalu berada menjadi gambar kanvas menemani sang puja, bias-bias lazuardi memancar seberkasan sinar di ufuk tinggi cakrawala, dengan energi yang ekstra besar terus bercahaya tak pernah berjeda
bila hati menelusup menuju kiblat di tempat berada muara sang jiwa, nafsa jati diri manusia, nafsi sejati dari diri dan nafsu menjadi rangkai cerita, ia menggiring dawai denting senandung gundah dari laku sutra sembada, menari-nari membuat warna warni lukis di kanvas semesta yang ada
madah menyusun ribuan tunggal kini bersekutu menggema membahana, mengatur daur ulang lakon cerita dari belahan rerupa jiwa-jiwa, tentang kidung lantun cinta asmara dari tutur lisan para perupa, menjalin rangkaian penuh pesona cita penuh citra menggambarkan asa
taman indah pun tercipta menjadi tempat pelipur nada bunda, menikmati hidangan yang dibawa pramusaji tak lupa secangkir kopi aroma cinta, dan cengkrama kita nikmati berdua saja, ya hanya berdua saja, tentang aku, kamu, dan rasa cinta kita
Palangkaraya, 29 Januari 2016
copyright©Madyo Sasongko
Tidak ada komentar