Gigil pagi yang bersekutu dengan kabut
menusuk belulang yang sudah kerontang
nampak terasa betapa manusia tak berdaya
meski hanya sekedar untuk menghindar
dari repsresentasi semesta bernama cuaca
fajar terus merekah mengikuti titah
seolah bersikukuh mengajak seluruh insan
untuk tetap menjaga dan melestari alam
agar kehidupan tetap dalam kondisi setimbang
di bawah naungan semesta mizan
lalu, di sela-sela pori kumparan malam
ada tetesan jernih yang menyembuhkan luka
melunakkan kobaran api di tubuh kasar yang melegam
ia bekerja bertahap kemudian mengeringkan
bersama setipis senyuman yang mengembang
gema panggilan adzan sayup berkumandang
menebas reruntuhan langit-langit yang tinggi
mengobarkan semangat melestari kehidupan
membangun kembali dimensi di hulu pagi
hingga tawa seperti yang dimiliki bayi
membahagiakan jiwa yang lahir kembali
Cimahi, 17 September 2019
copyright©Madyo Sasongko
menebas reruntuhan langit-langit yang tinggi
mengobarkan semangat melestari kehidupan
membangun kembali dimensi di hulu pagi
hingga tawa seperti yang dimiliki bayi
membahagiakan jiwa yang lahir kembali
Cimahi, 17 September 2019
copyright©Madyo Sasongko
Tidak ada komentar