Bukanlah termasuk orang kaya jika hanya semata-mata kehidupannya dipenuhi kemewahan harta dunia. Yang boleh mendapatkan pengakuan sebagai orang kaya hakikatnya adalah orang yang telah “memutuskan” rasa ketergantungannya terhadap apa saja yang ada pada tangan manusia.
Orang kaya yang sejati itu hatinya tidak pernah merasa terganggu dengan apa yang dimiliki/diperoleh orang lain. Hati orang kaya tidak pernah merasa terganggu karena dalam hatinya penuh rasa syukur yang membuat hatinya bisa ber-uzlah. Namun seiring dengan memelihara rasa syukur sejatinya tetap harus dibarengi dengan menghargai apa saja yang diberikan Allah kepada kita.
Bukanlah disebut bersyukur ketika diberi rejeki berlebih, namun ia membiarkan pakaiannya compang camping penuh tambal di sana sini. Hati yang tidak pernah bersyukur, akan disinggahi oleh kekufuran. Ketika hati ini tidak dipadati dengan rasa syukur, maka diri akan merasa selalu kekurangan sehingga hatinya bisa menjadi goncang, sulit mengendalikan keinginan dan mudah terpengaruh oleh apa yang sudah diperoleh orang lain.
Hati yang kufur, akan gampang mendidih karena terbakar oleh dunia, jiwanya menjadi tersiksa, tak akan pernah ada ketentraman dalam hidupnya, pikirannya tersiksa dengan buruk sangka kepada Allah, karena membiarkan dirinya hidup dalam kondisi yang tidak diinginkannya. Hati yang diliputi kekufuran, pikirannya sangat rentan terbakar dan tergila-gila pada dunia.
Sedangkan hati yang penuh syukur adalah hati yang kaya dan di dalamnya ada warna warni kehidupan syurgawi. Hati yang penuh syukur tidak berharap balasan apa pun ketika ia berbuat kebaikan, tidak terganggu dan tersanjung dengan pujian dan tidak terhina dengan makian dan cercaan.
Sedangkan hati yang penuh syukur adalah hati yang kaya dan di dalamnya ada warna warni kehidupan syurgawi. Hati yang penuh syukur tidak berharap balasan apa pun ketika ia berbuat kebaikan, tidak terganggu dan tersanjung dengan pujian dan tidak terhina dengan makian dan cercaan.
Orang yang hatinya yang bisa bersyukur adalah hati yang bisa menanamkan kezuhudan. Baginda Rasulullah SAW bersabda, “Zuhudlah kamu untuk duniamu, niscaya Allah akan mencintaimu, dan zuhudlah kamu di hadapan manusia, niscaya mereka akan mencintaimu”. Zuhud adalah kunci pintu gerbang pembuka mahabbah.
Orang yang bersikap zuhud seluruh tata karya hidupnya dipenuhi dengan keikhlasan. Semua perintah Allah senantiasa dilaksanakannya bukan karena mengejar derajat, kedudukan, posisi, status sosial, bahkan besarnya pahala dan syurga atau apa pun. Ibadah orang yang berzuhud bukan karena mengejar kedudukan dunia, balasan pahala dan keindahan syurga. Ibadah orang berzuhud hanya dilakukan berangkat dari kesadaran dan hati yang penuh rasa syukur.
Marilah untuk tidak pernah berhenti berlatih mendaki menaiki tangga kezuhudan, hingga mencapai batas terakhir di tataran kesempurnaan zuhud yaitu totalitas tidak bergantung kepada siapa pun, kecuali hanya kepada Allah. Salah satu latihan untuk meningkatkan kapasitas kezuhudan diberikan oleh Rasulullah SAW, “Lihatlah orang yang status (kedudukan dan posisinya) berada di bawah status (kedudukan dan posisi) mu, dan janganlah engkau (terlalu sering) memandang orang yang status (kedudukan dan posisi) nya berada di atas kamu. Latihan ini berfungsi sangat baik sebagai salah satu upaya mendinginkan hati yang rentan terbakar ketika melihat perolehan yang didapat orang lain. Sebab, ketika hati terbakar, mata sulit dipejamkan.
Jika kepala kita sering menengadah melihat ke atas, lambat laun, semua pemberian yang sudah diberikan Allah, menjadi tidak pernah ada dan tidak berguna yang pada gilirannya berdampak pada menipis bahkan hilangnya rasa syukur atas segala pemberian Allah. Hati yang penuh rasa syukur akan dibukakan bentangan pintu rejekinya oleh Allah, apalagi jika seseorang dengan ketulusan yang tinggi memberikan kebahagiaan kepada orang lain yang berdampak pada munculnya kepuasan meraih kebahagiaan pada dirinya.
Hati yang terlatih dengan rasa syukur, tidak akan merasa terganggu dengan sedikit dan banyaknya pemberian Allah. Hati yang kaya dengan rasa syukur tidak akan terganggu dengan pemberian sebesar apa pun. Hati yang penuh rasa syukur semakin menipis ketergantungannya kepada manusia. Hati yang penuh rasa syukur semakin dicintai Allah.
Hati yang penuh rasa syukur semakin dipercaya Allah yang akan memberi tanpa diminta. Hati yang penuh rasa syukur sujudnya bukan karena melaksanakan perintah semata. Hati yang penuh rasa syukur sujudnya karena kesadaran diri diurus oleh Allah. Hati yang penuh rasa syukur akan bertambah semangatnya mencari karunia dunia ketika melihat apa yang sudah diperoleh orang lain sebagai pemicu kesuksesan dirinya.
Hati yang penuh rasa syukur akan tetap semangat mencari karunia dunia ketika dirinya terharu dan ingin membantu karena melihat orang yang status posisi dan kedudukannya berada di bawahnya. Hati yang penuh rasa syukur, lisannya menetramkan hati. Hati yang penuh rasa syukur, perbuatannya menyenangkan dan membahagiakan orang lain
Untuk memelihara kekayaan hati dari penuhnya rasa syukur, Rasulullah SAW memberi peringatan agar tidak terjerumus dalam ketamakan. Hindarilah keinginan untuk diberi oleh manusia, dan tamaklah hanya kepada Allah saja. Karena hati yang bersyukur, di dalamnya tidak terdapat ketamakan. Sebab, tidak dapat dipungkiri dan sangat jelas, bahwa ketamakan, adalah kefakiran yang nyata adanya.
Palangkaraya, 31 Januari 2016
copyright©Madyo Sasongko
Tidak ada komentar